BERITASURABAYAONLINE.COM – Peristiwa bersejarah di Hotel Majapahit Surabaya tahun 1945 lalu bakal diluruskan hari ini, Sabtu (19/9/2015) malam, baik melalui pertunjukkan monolog maupun lewat diskusi.
Monolog di situs tempat kejadian yang dulu bernama Oranje Hotel atau Hotel Yamato Hoteru) itu akan kembali dilakukan budayawan Surabaya dr. Ananto Sidohutomo MARS, mulai pukul 20.00 hingga pukul 21.00. Acara ini bisa ditonton bebas oleh masyarakat.
Acara tersebut digelar dalam rangka memperingati dan mengenang nilai-nilai kepahlawanan yang ditunjukkan Arek-Arek Suroboyo dalam ‘Insiden Bendera’ 19 September 1945.
“Ini juga bisa dianggap sebagai langkah meluruskan sejarah, karena peristiwa penyobekan bendera belanda menjadi merah putih, bukanlah tanggal 10 Nopember seperti yang dikenal masyarakat Indonesia,” ungkap Ananto Sidohutomo, Jumat (18/9/2015) kemarin.
Dengan melakukan Monolog ‘Insiden Bendera’, Ananto berharap generasi penerus bisa belajar sejarah yang benar dan apa adanya. Termasuk mengenang leluhurnya, dan simbol negara sang saka Merah Putih.
Ananto juga menjelaskan, peristiwa di Hotel Mojopahit yang dikenal dengan ‘Insiden Bendera’ ini awal dari terjadinya berbagai perlawanan melawan sekutu yang berusaha kembali masuk dan menjajah Indonesia setelah proklamasikan kemerdekaan.
“Peristiwa inilah yang menjadi trigger dari perjuangan kita melawan sekutu yang ditunggangi Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia,” tandasnya.
Untuk melakonkan Monolog ini, Isteri dan ke 4 anak Ananto juga akan terlibat dalam mensukseskan monolog yang akan didukung oleh beberapa seniman Surabaya, seperti musisi muda Muhammad Alim A, dimana saat usia 15 tahun telah menciptakan lagu Ibu Pertiwi.
Selain itu juga diperkuat Fileski (biolist musikalisasi puisi), Rachmad Utojo S (seniman), Bokir G. Kalaribu (seniman), Deanandya, Arif A, Ariq A, dan Panji Walujo. Acara monolog ini hasil kerja bareng antara Yayasan Jiwa Indah Bangsa, Komunitas Tunjungan Ikon Surabaya dan Hotel Majapahit Surabaya.
Dihadapan para awak media, Ananto juga menegaskan bahwa awal terjadinya perobekan bendera ini sebenarnya karena adanya profokasi dari para jurnalis yang saat itu berkantor di Jalan Tunjungan 100 Surabaya. “Jadi seharusnya para jurnalislah yang lebih peduli terhadap peristiwa ini, karena merekalah yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa perobekan bendera ini,” pungkas Ananto. (*)