Dapat Data Hingga Permintaan Maaf Risma ke Dokter, Ini Kata Wakil Ketua Dewan

oleh

Surabaya – Setelah mendapat data terkait jumlah pemakaman kremasi di sejumlah UPDT pemakaman di kota surabaya terhitung sejak tahun 2019 hingga mei 2020 secara keseluruhan.

Hal itu mendapat tanggapan dari Wakil Ketua DPRD Surabaya A. Hermas Thony mengatakan setelah menerima data dan mencoba menggali dari berbagai pihak baik secara invesigasi tentang data informasi ini dinilai masih belum akurat.

“Tetapi setidaknya memberikan sebuah gambaran kami sampaikan kepada publik agar semua pihak bisa memberikan analisis, apakah yang saya temukan ini benar atau tidak ujar A Hermas Thony. Jumat (03/07/2020)

Pertama, ia mencoba untuk melihat data angka kematian di surabaya terhitung mulai januari sampai desember tahun 2019, pada januari terjadi 868, kemudian naik 900 terus, lalu menurun pada juni 673, kemudian naik lagi menjadi 700.

“Artinya antara januari sampai september rata rata 700 sekian, dan tertinggi pada bulan desember, padahal desember ini belum masuk pada masa epidemi,” kata Thony.

Pada januari tahun 2020, ia menjelaskan, jumlah angka kematian menurun menjadi 896, Februari 770, Maret 830, April 1108, dan Mei jumlahnya 962, namun jumlah kematian ini melihatnya dari 13 makam dibawah Pemerintah Kota,

“Kami melihat itu bukan makam di perkampungan, biasanya makam yang sudah ditentukan oleh pemerintah seperti makam keputih,” papar Thony.

Dari jumlah angka tersebut, menurut Penasehat Fraksi Gerindra ini, ia tidak melihat adanya satu peningkatan yang tajam terhadap jumlah kematian masyarakat di kota surabaya.

“Artinya wabah (COVID-19) ini tidak memiliki korelasi signifikan terhadap jumlah kematian,” ungkap Thony.

Jika ditarik menggunakan logika baik dengan natalitas dan mortalitas ini, kata ia, kalau melihat dengan mortalitas ada satu case fatality rate menyebutkan apakah tingkat kefatalan penyakit berdampak pada kematian seseorang.

“Kita melihat dari pendekatan case fatality rate apakah berdampak kepada jumlah penduduk di surabay tidak begitu signifikan,” kata Thony.

Artinya, ia menangkap bahwa penetapan pandemi maupun epidemi covid-19 di kota surabaya tidak banyak berkorelasi kepada jumlah korban masyarakat yang terpapar covid-19 ini dan memang didalam data yang ia terima dari beberapa TPU.

“Seperti di keputih, saya menangkapnya ada peningkatan yang signifikan mulai Januari 148, April 243, artinya antara maret sama april ada peningkatan yang cukup tajam kemudian naik lagi di mei 2020,” kata Thony.

Dua bulan terakhir memang ada peningkatan, menurut ia, itu disebabkan yang bisa terbaca, karena banyak orang yang meninggal langsung dibawa ke TPU Keputih, dan biasanya kalau meninggal dibawa ke pemakaman biasa.

“Lah dari sini saya membayangkan bisa jadi yang namanya covid-19 ini wabah, kalau menurut saya ini disais yang memberikan dampak yang luar biasa terhadap jumlah angka kematian yang ada di surabaya,” kata Thony.

Terhadap hal itu, ia mengaku tidak bisa memungkiri bahwa Covid-19 ini tidak ada, tetapi Covid-19 itu ada, berdampak kepada rasa sakit yang menyiksa luar biasa seperti yang dijelaskan oleh para dokter.

“Tetapi nampaknya untuk kasus di surabaya tidak berdampak terhadap kematian yang meningkat luar biasa, saya ingin mengatakan itu saja,” ucap Thony.

Yang menjadi pertanyaannya, mengapa kekuatiran Covid-19 yang digembar gemborkan sangat membahayakan dan sebagainya yang tidak berdampak kepada jumlah angka kematian di surabaya ?,

Menurut ia, melihat ada dua hal yakni, pertama memang Covid-19 yang ada di Indonesia bermutasi dari asal usulnya sana memang melemah dan tdak memiliki daya membunuh yang luar biasa.

Kedua, lanjut ia, kemungkinan covid-19 dikatankan luar biasa, tetapi penanganan Covid-19 di surabaya dinilai bagus sehingga beberapa rumah sakit, para dokter, termasuk Dinas Kesehatan berupaya dengan bersama masyarakat membentuk kampung tangguh.

“Memang itu cukup signifikan untuk membendung (Covid-19) itu sehingga tingkat kematian bisa di eliminir,” kata Thony.

Terkait tentang permintaan maaf Wali Kota Surabaya saat audiensi bersama dokter kemarin, menurut ia, Walikota Surabaya memberikan penghargaan tinggi terhadap peran dokter dan tenaga medis.

“Kami kemarin tidak menangkap, walikota itu menyatakan, kami hand up angkat tangan, bukan begitu ,” ucap Thony.

Tetapi, kata ia, walikota yang sungguh sungguh menangani dibantu oleh dokter yang luar biasa, sehingga itu lebih mengarah ke mengapreasi kepada peran serta tenaga medis dan dokter yang sudah banyak membantu warga kota.

“Dan ini terbukti kok, perannya dokter dan walikota serta semua pihak termasuk kampung kampunh tangguh terbukti kok,” ucap Thony.

Lanjut ia mengatakan, kalau mau melihat jumlah data kematian warga kota yang dapat ini, Thony mengaku lega karena bahwa walaupun dinyatakan pandemi jumlah kematian tidak melampaui yang terjadi pada data sebelumnya di tahun 2019.

“Data (2019) ini kan ditengah situasi normal. (irw)