Hari Jadi Pusura Ke-88 Usung Tema Kebhinekaan: Meskipun Berbeda, Tetap Satu Menjaga Kebersamaan

oleh
Foto: Hari Jadi Pusura Ke 88 Tahun  Mengusung Tema Pusura Untuk Surabaya Dalam Potret Kebhinekaan. 

Surabaya – Hari Jadi Putera Surabaya (Pusura) Ke – 88 tahun mengusung tema “Pusura Untuk Surabaya Dalam Potret Kebhinekaan,” di jalan Yos Sudarso Kamis (26/9/2024)  malam.

Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Bakesbangpol Kota Surabaya Maria Theresia Ekawati Rahayu mewakili WaliKota disambut langsung oleh pendiri dan pengurus Pusura.

Hadir pula Perwakilan Forkopimda dan elemen masyarakat tergabung dalam Forum Silaturahmi Akbar (Silatbar)  Arek Arek Suroboyo dibawah naungan Pusura.

Agenda tahunan ini diisi dengan talkshow mengundang beberapa nara sumber dan pagelaran ludruk dalam melestarikan seni kebudayaan lokal.

Hoslih Abdullah Ketua Pusura mengatakan, hari jadi Pusura ini merupakan agenda rutin setiap tahun dengan berganti ganti tema.

“Kegiatan (Hari Jadi Pusura) ini rutin setiap tahun,” ujar Hoslih Abdullah Akrab disapa Cak Dullah ditemui di sela acara.

Ia menjelaskan tema yang diusung di pagelaran hari jadi Pusura setiap tahun selalu berganti – ganti.

“kali ini temanya tentang kebhinekaan,” terang Cak Dullah.

Artinya, menurut ia, kebhinekaan ini sama dengan visi dan misi Pusura yang juga menjadi tugas seperti menjaga kebudayaan lokal berupaya menjadi  satu tujuan

“Yaitu kebhinekaan meksipun berbeda tetap satu menjaga kebersamaan,” kata Cak Dullah

Ia mengatakan, hari jadi pusara kali ini, dihadiri beberapa kepala suku yang mewakili sekian ribuan masyarakat dari berbagai daerah.

“Ada 15 kepala suku baik dari AMP, Papua, forum silatbar dan lainnya juga hadir,” kata Cak Dullah

Meski dalam situasi masa pemilukada serentak, pihaknya berpesan bahwa persatuan dan kesatuan tetap harus dijaga.

“Itu (Persatuan dan Kesatuan) harus tetap kita jaga, meskipun dalam situasi menjelang politik,” tutur Cak Dullah.

hari jadi Pusura kali ini, lanjut ia diisi dengan talkshow tentang Pusura Untuk Surabaya Dalam Kebhinekaan dengan mengundang beberapa nara sumber.

“Seperti dari anak muda GMNI, Tokoh masyarakat dan kalangan ibu ibu yang dipandu oleh moderator milenial, inikan bagus,” kata Cak Dullah

Selain itu, lanjut ia, juga dimeriahkan pagelaran campur sari dan ludruk seni budaya lokal yang harus dilestarikan bersama sama.

“Itu (Campur Sari dan Ludruk) harus  kita jaga dan dilestarikan bersama sama agar tidak hilang begitu saja,” imbuh Cak Dullah

Kebersamaan dan kegotong royongan dalam kebhinekaan di kota Surabaya menurut ia, sudah bagus dan luar biasa sekali.

“Sudah bagus dan luar bisa sekali,” kata Cak Dullah

Karena secara kebetulan, pihaknya di beberapa organisasi yang membidangi hal tersebut bertugas untuk menjaga kebersamaan antar suku.

“Dan meningkatkan kegotong royongan melalui kegiatan kegiatan sosial kemasyarakatan seperti ini,” kata Cak Dullah.

Menurut ia, karena sesuai dengan visi dan misi Pusura yaitu menjaga kebersamaan dan kegotong royongan yang harus disampaikan.

“Itu sudah menjadi tugas kita untuk menyampaikan visi dan misi Pusura,” pungkas Cak Dullah.   (irw)