Surabaya – Setelah Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto merilis keunggulan 6 persen hasil survei, warga kampung di Kota Surabaga semakin bersemangat mendukung Calon Walikota Eri Cahyadi dan Calon Wakil Walikota Armuji, nomor urut 1.
“Hawa kemenangan membuat warga kampung bersemangat memberi support Eri-Armuji. Spanduk dan baner bertebaran di kampung-kampung. Di jalan-jalan kecil maupun menempel di rumah-rumah warga,” ujar Adi Sutarwijono, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, Selasa (27/10/2020).
Tempo hari, Adi bersama Calon Walikota Eri Cahyadi bertemu warga masyarakat Wonokusumo, Semampir. Pertemuan di balai pertemuan kampung diikuti oleh perangkat kampung, kader perempuan, dan tokoh masyarakat setempat.
“Mas Eri Cahyadi membius warga. Pidatonya memukau. Mas Eri mampu membangun harapan masa depan Surabaya yang lebih baik, setelah masa bakti Walikota Bu Risma. Program-program kerjanya dipaparkan, dan tepuk tangan berulang-ulang dari warga masyarakat,” kata Adi.
Usai pertemuan, Adi blusukan di kampung-kampung. Ia menelusuri jalan-jalan sempit, perlampuan padat, dan bertemu dengan sejumlah tokoh kampung.
“Saya melihat atribut Mas Eri Cahyadi-Cak Armuji bertaburan di kampung-kampung. Para tokoh warga menyampaikan aspirasi berupa perbaikan jalan kampung, air bersih dan program bedah rumah. Saya pastikan, PDI Perjuangan dan Mas Eri-Cak Armuji akan menindaklanjuti aspirasi warga sampai tuntas,” kata Adi.
Di luar itu, pertemuan di berbagai kampung juga berlangsung. Ada yang dihadiri Mas Eri, di tempat lain Cak Armuji, di tempat lain tampil para politisi PDI Perjungan, para juru kampanye kampung yang telah dilatih oleh PDI Perjuangan. Bahkan RT, RW, dan LPMK yang menjadi juru kampanye Eri-Armuji.
“Luar biasa gairah politik masyarakat kampung di Surabaya untuk meneruskan seluruh karya kebaikan dari Walikota Bu Risma. Posko-Posko pemenangan terus bermunculan. Warga tidak pengin Surabaya dipimpin oleh figur yang salah. Warga ingin Surabaya ke depan dipimpin Eri-Armuji, yang dipersiapkan Bu Risma,” ujar Adi.
Dari penjelasan berbagai tokoh masyarakat dan tokoh perempuan, kata Adi, gairah politik warga perkampungan tidak mau digantikan oleh sembako atau sarung.
“Spirit kampung di Surabaya yang penuh rasa gotong royong, holopis kuntul baris, tidak terbeli dengan sembako, oleh sarung, atau macam politik uang lain. Spirit itu yang melahirkan pemimpin baru di Surabaya, dan tak terbeli,” ujar Adi. (*)