Surabaya – Pasca amblesnya tanah di jalan raya gubeng surabaya diduga kuat akibat proyek pembangunan parkir basement rumah sakit Siloam terjadi pada selasa (18/12/2018) sekitar pukul 21.30 wib.
Hal ini disampaikan Irjen Pol Luki Hermawan Kapolda Jawa Timur yang diperkuat juga dengan temuan dari tim ahli dari Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT) saat dilokasi.
“Kejadian Kolab atau semacam singkol ini sering terjadi di negara lain,” ujar Nur Hidayat Pusat Teknologi Redoksi Resiko Bencana (BPPT), kamis (20/12/2018) pagi.
Nur mengatakan, ada dua hal penyebab kejadian seperti ini yakni dikarenakan aktifitas manusia dan aktifitas alam itu sendiri.
“Pertama saya akan menyoroti aktifitas alam itu sendiri,” katanya
Aktifitas alam, menurut Ia, bahwa yang memungkinkan terjadinya amblesan itu di daerah bekas batu gampeng yang memungkinkan terjadi zohur.
“Biasanya membentuk rongga dan sungai bawah tanah lalu akhirnya ambles,” paparnya.
Di daerah surabaya, kata Ia, secara geologis merupakan edapan audial sungai seperti yang pernah dilihat seperti batuan pasir dan material materialnya yang lain juga.
“Secara teoritis daerah kita tidak mungkin membentuk zohor,” jelasnya.
Lanjut dia, mungkin ini terbentuk juga bisa kalau merupakan daerah patahan, namun kalau dilihat daerah kita bukan merupakan daerah patahan.
“Karena tidak ketemu dengan geologis bahkan dilapangan juga tidak terlihat,” ungkapnya.
Sedangkan penyebab aktifitas manusia ini, lebih lanjut Ia, mengatakan, ada dua hal yakni, akibat aktifitas penambangan apakah ada atau tidak dan aktifitas pengeboran yang akan menyentuh banyak air atau gas di sekitar sini.
“Hal itu akan bisa membuat membentuk rongga diantara butiran endapan tadi sehingga mengakibatkan ruang kosong akhirnya menimbulkan amblesan,” katanya.
Ketiga adalah, Lanjut Ia, bisa juga akibat pembangunan hal ini, tentunya perlu harus digaris bawahi, sehingga secara praktis kalau tadi secara alami tidak mungkin
“Jadi sehingga ini kita tinggal seperti semacam aktifitas manusia,” jelasnya.
Untuk lebih detailnya, Ia menambahkan, akan diteleti lebih lanjut sehingga bisa diketahui penyebab amblesnya tanah ini, tetapi dari pengamatan sekilas tadi diarea sisi barat sebenarnya sudah ada mulai retakan baik yang lama maupun yang baru.
“Itu sangat rawan, kemungkinan bisa juga menyebabkan longsor lagi apalagi kalau ada aktifitas diatasnya,” ungkapnya.
Namun, Ia mengaku, masih belum bisa melihat diarea sisi timur karena kondisi, tapi kalau dilihat muka air tanah disini cukup dangkal
“Sekitaran dua meteran pasti ada aliran air yang keluar pada saat pembangunan,” pungkasnya.
Sementara itu, Teknik Sipil BPPT Widjo Kong Ko juga menambahkan, ada penahan tanah yang digali sisi sebelah barat pembangunan terlihat ada wooler atau penahan dinding ada lumut dan seterusnya.
“Ini menandai ada ground water level yang cukup tinggi atau permukanan air yang cukup tinggi,” ujarnya.
Hal itu, Ia mengatakan, apalagi dimusim hujan sehingga diyakini bahwa ground watel level itu ketinggian permukaan air akan semakin tinggi.
“Secara teknik sipil, secara sederhana ini adalah dikatakan longsor tebing saja tidak unsur tadi yang disampiakan hubungan dengan aktifitas sekmic atau lainnya,” katanya.
Menurut Ia, ini hanya masalah ada satu aktifitas pembangunan disana, lalu kemudian, terlihat bahwa ada satu wooler penahan dinding yang yang tidak kuat menahan gaya dari samping kemudian ini menjadi longsor.
“Tadi kita juga melihat dilokasi ada retakan yang baru, artinya bahwa retakan lama ini kalau sebelumnya ada inspeksi yang baik yang merupakan suatu warning bahwa tanah disini bergerak,” pungkasnya. (irw)